Karinding Attack—kita singkat saja Karat—berdiri Maret 2009. Awalnya
adala perkenalan sebuah sindikat kerja Bandoong Sindekeit yang merupakan
sayap kerja komunitas metal Ujungberung Rebels yang menggarap produksi
dan distribusi rokok Morbid Nixcotine. 13 Desember 2008 dalam peluncuran
rokok Morbid Nixcotine digelar sebuah acara bernama Karinding Attack
menampilkan kelompok master karinding, Bah Olot. Setelah masa itu,
Bandoong Sindekeit dan anak-anak Ujungberung Rebels mulai secara intens
mempelajari karinding dalam forum Jumat malam di Common Room yang diberi
nama Jumat Kramat. Forum ini awalnya adalah forum evaluasi konter opini
media pasca Insiden AACC 9 Februari 2008, namun pada perkembangannya
lalu dijadikan tempat berkumpul para pemain karinding untuk belajar
bermain karinding bersama-sama.
Di awal-awal penggarapannya, kelompok ini terdiri dari Mang Engkus,
Mang Utun, Ki Amenk, Man Jasad, Kimung, Okid, Wisnu, Hendra, Iman
Zimbot, Gustaff, Ranti, Gustavo, Kimo, Ari, Kiki, Diki, dan lain-lain.
Namun personil yang memutuskan untuk bersama dalam sebuah band bernama
Karat adalah Mang Engkus, Mang Utun, Ki Amenk, Man Jasad, Kimung, Okid,
Wisnu, Hendra, dan Iman Zimbot. Awalnya, kelompok ini banyak bermain papalidan
atau bermain karinding hingga mencapai titik trans di antara
persoilnya. Sesi ini di kemudian hari banyak membantu antara personil
untuk saling memahami rasa yang diciptakan satu sama lainnya. Sesi ini
juga membantu pemahaman Karat akan pakem-pakem permainan karinding
tradisional karena permaianan ini banyak dimainkan dalam pakem-pakem
lama yang sudah ada. Pada kelanjutannya, Karat mulai memcoba untuk
menciptakan irama dan ketukan baru dalam permainan karinding. Karena
memiliki latar belakang kultur metal yang kuat, lagu-lagu yang kemudian
diciptakan Karat lebih kental dengan nuansa punk dan metal.
Di sesi awal penciptaan lagu, Karat menciptakan beberapa lagu dalam
waktu yang bersamaan. Gelombang pertama penciptaan lagu, mereka
menciptakan “Hampura Ma”, “Lagu Perang”, “Kawih Pati”, “New York New
York”, “Wasit Kehed”, “Blues Kinanti”, dan “Hampura Ma II”. Di gelombang
ke dua, mereka menciptakan “Sia Sia Asa Aing”, “Maap kami Tidak
Tertarik Pada Politik Kekuasaan”, “Nu Ngora Nu Nyekel Kontrol”, “Burial
Buncelik”, “Ririwa di Mana-mana”, dan “Dadangos Bagong”. Di gelombang ke
tiga, mereka menciptakan “Gerbang Kerajaan Serigala”, Lapar Ma!”. Semua
lagu digarap bersama-sama dengan penulisan lirik oleh Kimung dan Man
Jasad. Kebanyakan menyikapi kenyataan dalam kehidupan sehari-hari,
perasaan terinjak dan ketidakadilan, serta upaya mendokumentasikan
idiom-idiom atau bahkan kata-kata lama yang mulai jarang digunakan
hari-hari belakangan ini.
Satu hal yang benar-benar dipahami Karat dalam mengembangkan music
adalah bahwa music sejak awal diciptakan adalah satu dan hanya ekspresi
musikalitas saja yang berbeda-beda sehingga menghasilkan berbagai hasrat
music yang oleh industry disebut sebagai genre. Oleh karena itu, Karat
lantas memandang karinding sebagai satu music yang bisa bersatu degan
music lainnya. Karat melihat salah satu sebab mengapa karinding sempat
digosipkan punah adalah karena kurang luwesnya musisi karinding masa
lalu dalam mengembagkan seni ini seiring dengan perkembangan zaman. Ini
adaah tipikal permasalahan musisi tradisional pada umumnya yang selalu
merasa inferior jika berhadapan dengan sesuatu hal yang dikesankan
sebagai ‘modern’.
Maka Karat berusaha mendobrak itu. Mereka manggung di mana saja dan
kapan saja, dari panggung-panggung di hadapan mentri, gubernur,
walikota, bupati, pejabat-pejabat tinggi dan teras atau ecek-ecek negara
dan kepolisian serta tentara, hingga tampil di sekolah, panggung RT/RW,
Karang taruna, himpunan mahasiswa, pensi sekolah menengah, hingga ulang
tahun preman dan nikahan dijajal semua.
Dalam rasa musikalitas, mereka juga berkolaborasi dengan siapa saja
dari hasrat music yang mana saja. Karat sudah berkolaborasi degan musisi
blues, metal (Burgerkill dan Donor Darah), punk (Kelas Ajag), jazz
(Sony Akbar), Diki (beatbox), hiphop (Eye Feel Sick), music elektronik
(Europe in de Troppen), pop (Sarasvati), atau dengan music tradisonal
lain (Anglung Smansa dan LSS ITB), serta sederet rencana kolaborasi
dengan berbagai ranah dan hasat music yang ada di dunia.Karat kini
bahkan mulai bereksperiman memainkan karinding degan menggunakan
aksesoris gitar berupa efek, mulai dari efek-efek bata yang klasik
semacam Digital Delay, Phaser, Metal Zone, Big Muff, Bass Equializer,
hingga efek-efek canggih semacam software dan efek digital lainnya.
Berbagai revitalisasi serta upaya pelestarian juga dilakukan oleh
Karat dan kawan-kawan lain di komunitas Ujungberng Rebels degan cara
pendokumentasian data-data sejarah karinding, baik secara lisan,
tulisan, visual, maupun audio visual. Upaya perekaman music karinding
buhun yang masih ada terus dilakukan seiring degan uaya mendorong kaum
muda pemain karinding baru yang lahir bagai jamur di musim hujan pasca
berdirinya Karat juga terus dilakukan. Kepada mereka yang terlibat degan
upaya ini dihimbau agar hasil pendokumentasian bisa diakses masyarakat
luas sehingga informasi tentang karinding bisa diakses degan mudah.
Iklim yang kondusif akan semakin merangsang gairah bermusik kaum muda
sehingga seni ini akan terus dikenal rakyatnya sendiri.
Hal lain yang terus dilakukan adalah dengan mengupayakan karinding
menjadi alat music pendidikan yang diajarkan di sekolah-seklah karena
sebagaimana halnya angklung, karinding juga memiliki nilai pendidikan
yang baik seperti rasa musikalitas, rasa kebersamaan, kerja sama, tahu
posisi, sensitivitas dalam berkarya serta sensitivitas dalam merasakan
apa yang dirasakan masyarakat secara umum.
Atas segala konsistensi dan komitmen Karat dalam melestarikan serta
mengembangkan music karinding, kelompok metal Ujungberung Rebels di mana
Karat lahir selalu disebut-sebut sebagai kelompok yang memicu perhatian
dan kepedulian masyarakat luas terhadap keberadaan seni ini. Dan ini
memang kenyataan. Karinding hari ini banyak diteukan dimainkan di
kalnagan anak-anak muda dari ranah msuik punk atau metal. Untunglah
ranah music ini merupakan ranah music yang paling perhatian terhadap
regenasi serta peningkatan kualitas pemahaman generasi muda akan sejarah
serta kehidupan social budayanya.
Karat sempat merekam lagu-lagu mereka secara live di Rumah Pohon Kawe
Kareumbi dan Masigit Oktober 2010. Namun pasca rekaman dan partisipasi
mereka mendukung Andris Burgerill dan Blast n’ Beats dalam ajang Drums
Day Bandung Indonesian Drummer 2010, terjadi dinamika pergantian
personil dengan keluarnya Mang Utun serta masuk personil baru yang
menambah kaidah rancak permainan Karat. Dia adalah Papay, salah satu
pengajar drum di Blast n Beat dan Purwacaraka. Bersama Papay, Karat
berencana kembali merekam lagu-lagu mereka dalam nuansa baru. Produser
metal legendaris Yayat Ahdiat dan Innu Regawa rencananya akan menangani
rekaman album pertama kelompok karinding paling berbahaya di dunia ini!
Ikuti juga perjalanan Karat di blog www.kimun666.tumblr.com, www.jurnalkarat.tmblr.com, dan www.paperback666.tumblr.com
Kisah perjalanan Karat juga akan diterbitkan akhir 2011 dalam buku berjudul Jurnal Karat Karinding Attacks Ujungberung Rebels yang ditulis oleh Kimung.









0 komentar:
NO SPAM , NO SARA !